Nama lengkapnya Amr Bin Utsman Bin Qanbar Abu Bisyr, dijuluki nama Sibawaih. Dia asli kelahiran Negara Persia, tepatnya di kota Baidha. Kemudian ia bersama keluarganya hijrah ke kota Basrah, dan di sana ia tumbuh berkembang dalam lingkungan ilmiah. Ilmu pengetahuan pertama yang dia pelajari adalah Fikih dan Hadits. Sibawaih mempelajari hadits dari Hamad Bin Sahnah.
Pada suatu hari, Sibawaih menerima diktean hadits dari gurunya, Hamad, yang berbunyi :
لَيْسَ مِنْ أَصْحَابِى إِلاَّ مَنْ لَوْ شِئْتَ لأَخَذْتُ عَلَيْهِ لَيْسَ أَنَا الدَّرْدَاءِ
Sibawaih langsung menyanggah sambil berkata :
لَيْسَ أَبُوْ الدَّرْدَاءِ
Dia menduga lafazh abu darda adalah isim laisa.
Gurunya langsung menimpali: "Engkau salah wahai Sibawaih. Bukan itu yang kamu maksudkan, tetapi lafazh laisa disini adalah istitsna !."
Maka Sibawaih langsung berkata: "Tentu aku akan mencari ilmu, dimana aku tidak akan salah membaca."
Akhirnya Sibawaih belajar ilmu nahwu kepada Khalil sampai menjadi ilmu nahwu terkenal.
Cerita lain mengisahkan, bahwa suatu ketika Sibawaih bersama jama’ah lainnya sedang menulis suatu hadits nabi, sementara gurunya, hamad, sedang mendiktekan hadis mengenai kisah Shafa:
صعد رسول الله الصفا
Rasulullah turun ditanah shafa.
Sibawaih langsung menyanggahnya dan berkata: " الصفاء (Ash Shofaa'a) ". - Ada hamzah di belakangnya -
Maka gurunya berkata, "Wahai orang Persia, jangan katakan "ash-shafaa’a", karena kalimah ash-shafaa’a adalah isim maqshur.”
Ketika pengajian selesai, Sibawaih langsung memecahkan/mematahkan penanya, sembari berkata, "aku tidak akan menulis suatu ilmu pengetahuan sampai akau dapat mematangkan dahulu dalam bidang bahasa arab...!!!"
mungkin, hikmah dibalik 2 kejadian itulah yang membuat Sibawaih sangat serius mempelajari nahwu, dan akhirnya menjadi pakar nahwu terkenal.
Guru Sibawaih dalam bidang nahwu adalah Imam Khalil bin Ahmad al Farahidi. Dia guru besar Sibawaih, sementara Khalil sendiri adalah murid dari Abu 'Amr bin al 'Ala, seorang Ahli Qiro'ah Sab'ah.
Sibawaih pernah berdebat dengan Imam Kisa’i, tokoh ulama Kuffah. Pada saat itu Sibawaih hendak pergi ke kota Baghdad pada masa raja Harun ar Rasyid dan menteri Yahya bin Khalid al Barmaki. Sibawaih meminta menteri Yahya agar dapat mempertemukan antara dia dan Al Kisa'i. maka Yahya menasihatinya agar ia tidak melakukan itu. Namun Sibawaih bersikeras ingin bertemu sekaligus mengajak debat terbuka. Acara pertemuan itu di adakan di rumah Raja Harun ar Rasyid. Namun sebelum bertemu dengan Al Kisa'i, Sibawih dipertemukan dengan murid-murid Al Kisa'i. di antara mereka ada Al Ahmar, Hisyam, dan Al Fara. Kemudian mereka berdebat sebelum bertemu dengan Al Kisa'i, karena mereka (Murid-muridnya) melakukan hal itu untuk menjatuhkan syaukah (kekuatan mental) Sibawaih. Lalu tidak lama Al Kisa'i menghadap dan berdebat dengannya dalam masalah terkenal pada masa itu. Yaitu "Zumburiyah".
Sibawaih memenangkan perdebatan itu. Kemudian Menteri Yahya al Barmaki memberi hadiah kepadanya sebesar sepuluh ribu dirham dari saku pribadinya. Maka dari sejak itulah Sibawaih menjadi orang terkenal. Kemudian tidak lama ia pindah ke kota Ahwaz dan wafat pada saat usianya masih muda. Nama Sibawaih berasal dari bahasa asli Persia yang berarti semangka yang harum/bau harum buah apel. Banyak kitab yang menulis tentang biografi Sibawaih, diantaranya kitab karya Ahmad Badawi. Yaitu kitab Sibawaih : hayatuhu wa kitabuhu dan penulisnya Ali an-Najedi Nashif yaitu kitab Sibawaih Imam an Nuhat.
Biografi Imam Sibawaih (Ulama Ahli Nahwu)
- Nama : Amr Ibn Ustman Qanbar Abu Bisyr (seorang budak dari Ibn Harits ibn Ka’ab ibn Amr ibn ‘Ullah ibn Malik ibn Udad)
- Posisi : Ulama’ NAHWU (tata bahasa arab)
- Tempat lahir : Daerah Baidha (sebuah desa di negeri Persia berdekatan dengan Syairaz)
- Tahun lahir : 148 H. / 765 M.
- Anak : Baysar
- Gelar : Sibawaihi ( dalam bahasa Persia yang artinya bau harum buah apel)
**Nama-nama gurunya :
- Syaikh Hammad ibn Salmah ibn Dinar (ahli hadits terkenal)
-
Imam Khalil bin Ahmad al-Farahidi (seorang yang sangat alim dalam
bidang Nahwu sekaligus pencipta ilmu A’ruud /ilmu timbangan syi'ir)
- Syaikh Yunus ibn Habib dan syaikh Isa ibn 'Umar,
- Syaikh Abu al-Khattab al-Akhfasy, dll.
Mantap
ReplyDelete